Biasanya, dalam istilah seks ada yang dinamakan ejakulasi, yakni keluarnya air mani pria ketika berhubungan seks. Namun sebenarnya, wanita juga dapat merasakan “Ejakulasi” tersebut. Mereka pun akan mengeluarkan cairan yang biasa di istilahkan squirt.
Bagi wanita, istilah squirting saat melakukan kegiatan seksual, baik bersama pasangan maupun sendiri, mungkin bukan hal yang baru. Beberapa wanita dapat mengalaminya, sedangkan yang lain tidak. Meski terdengar umum, beberapa wanita sebenarnya masih bingung. Apa itu squirt? Cairan apa yang keluar? Apakah itu “sperma” wanita atau justru urine?
Berdasarkan Medical News Today, keluarnya cairan dari uretra saat melakukan kegiatan seksual merupakan bentuk dari ejakulasi wanita. Hal ini dapat terjadi ketika wanita tersebut terangsang. Untuk lebih jelasnya lagi, yuk simak pembahasannya di bawah ini.
- Apa itu Squirt
Dilansir New Scientist, ada dua jenis cairan dengan karakteristik berbeda yang dihasilkan perempuan ketika orgasme. Jenis cairan pertama yang telah diakui sebagai bukti perempuan orgasme memiliki tekstur kental berwarna putih dengan jumlah sedikit.
Sementara itu, squirt merupakan cairan encer yang memiliki volume lebih besar, yang berasal dari kelenjar skene, yakni struktur kecil yang terhubung ke uretra.
Jadi, ketika perempuan menerima rangsangan seksual yang mencapai klimaks, squirt akan dikeluarkan melalui pembukaan kelenjar skene. Kelenjar ini disebut juga sebagai prostat perempuan, sehingga saat squirting, cairan akan tersembur seperti buang air kecil.
- Fakta-fakta Squirt Pada Wanita
- Cairan Squirt pada Wanita tidak Banyak dan tidak Berbau.
Berdasarkan penelitian di tahun 2013 yang dilakukan pada 320 peserta, menunjukkan bahwa cairan squirt yang dikeluarkan berkisar antara 0,3 ml hingga 150 ml, tutur laman Healthline. Ini bervariasi dari satu perempuan ke perempuan lain.
Karena komposisi urea dalam cairan squirt hanya sedikit, maka cairan ini tidak berbau sama sekali. Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Beverly Whipple, cairan ini rasanya manis dan tidak berbau seperti kencing, ungkapnya di Wiley Online Library.
- Sering Keluar Saat Masturbasi
Seseorang mungkin merasa lebih mudah untuk menyemprot saat masturbasi, daripada saat berhubungan seks dengan pasangan, karena mereka dapat fokus sepenuhnya pada sensasinya sendiri dan menyesuaikannya.
- Squirt Bukanlah Urin
Meskipun beberapa penelitian awal mengaitkan squirting dengan urin, penelitian terbaru menunjukkan bahwa komposisi kimia dari cairannya berbeda. Studi telah mengidentifikasi adanya komponen prostat dan PSA (Antigen Spesifik Prostat) dalam cairan yang disuntikkan, menunjukkan kemungkinan adanya keterlibatan kelenjar prostat wanita. Karenanya, squirting bukanlah urin murni.
- Squirt Tidak Hanya Datang pada Stimulasi G-spot
Selama ini mungkin mengira bahwa ejakulasi hanya bisa dicapai dengan cara merangsang G-spot karena area tersebut berada di depan vagina dan terhubung dengan uretra.
Namun, squirting tidak hanya bisa terjadi dengan stimulasi G-spot. Faktanya tidak semua ejakulasi wanita harus didapat dengan rangsangan G-spot.
Ada pula beberapa wanita yang mampu ejakulasi dari rangsangan klitoris. Pada dasarnya stimulasi vagina apa pun bentuknya dapat memberikan kenikmatan, tak terkecuali lewat G-spot, anal, klitoris, atau gabungan semuanya.
- Squirt tidak Selalu Terjadi saat Orgasme
Beberapa wanita bisa mengalami squirt sebelum maupun sesudah orgasme. Squirt juga bisa terjadi bersamaan dengan orgasme, sehingga sering kali dinilai sebagai tanda wanita orgasme. Padahal, tanda-tanda wanita orgasme beragam, misalnya tubuh gemetar, khususnya bagian bawah tubuh.